Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2020

Dialog siswa radikal dan pak guru konservatif

Dialog siswa radikal dan pak guru konservatif S : “Pak, gunanya nilai itu apa sih pak? Selain sebagai formalitas yang tidak jelas implementasinya?” G : “Lho, kamu ini gimana... dengan nilai orang bisa tahu kompetensimu dalam suatu bidang, menjadi standar acuan untuk pemahaman suatu materi, dan tolok ukur perbandingan kapasitas dirimu dengan kompetitormu dalam kelas atau sekolah...” S : “Bukankah pengetahuan itu bersifat kualitatif, Pak? Dengan diberlakukannya sistem nilai kita memberi batasan definisi pada konteks pemahaman, apalagi nilai itu tidak selamanya objektif, kadang juga sifatnya manipulatif, siswa bisa menggunakan cara curang untuk mendongkrak point, atau ada pihak ketiga yang dengan sengaja mengubahnya, yakan Pak?” G : “Ya... sistem nilai itu bisa dikatakan sebagai achievement untuk kerja keras siswa dalam kesungguhannya mengikuti pelajaran” S : “Bukankah itu menjadi indikasi jika siswa didoktrin untuk mengejar nilai semata? Tapi tidak dijelaskan mengapa kita melakukan itu...

Hierarki dalam bermabuk-mabukan

Hierarki dalam bermabuk-mabukan Minuman keras, MIRAS, apa pun jenismu bukan satu-satunya yang memabukkan, ada beberapa jenis mabuk sesuai kelas dan tingkatan, tergantung pada oknum yang menjalankan. Ada yang kelas ringan, sedang, hingga membahayakan; dari yang aman, meresahkan, sampai menjengkelkan; dari kelas teri, kakap, hingga lumba-lumba, pokoknya semua ada.  Dari kelas yang paling ringan, ada mabuk perjalanan. Ini tidak membahayakan, hanya pening, tapi tidak sampai hilang kesadaran. Walau terkadang juga muntah, tapi percayalah, itu hanya gejala alamiah. memang sedikit menjijikkan, tapi saya yakin Anda pasti pernah demikian, kan? Hmm... jika iya, indikasi Anda kurang jalan-jalan. Lalu ada mabuk ( literally mabuk ) sebab minum minuman keras. Sama seperti mabuk perjalanan tapi tingkatannya sedikit ke atas. Walaupun dilarang beredar luas, kita masih bisa mengakses meskipun sangat terbatas, dan untuk mendapatkannya pun juga butuh sedikit usaha keras. Namun, jangan lupa siap-siap m...

Narasi identitas etnis yang hiperbolis

Narasi identitas etnis yang hiperbolis “Haiya… oek tidak tau a…” : sebuah penggalan percakapan yang umum untuk merepresentasikan seorang etnis tionghoa; bermata sipit, pakaian serba merah, kalimat diawali dengan “haiyaa…”, serta kosa kata bahasa yang khas sebagai pembeda antara pribumi asli, dan asingaseng etnis tionghoa itu sendiri. Karakter etnis dibedakan dengan sebuah ciri khusus untuk menimbulkan kesan kuat kepada audience, persetan dengan penggambaran yang rasional, media hanya membuat karakter tambahan bisa menjadi lebih dikenal, dengan pemaparan yang telah menjadi standart dalam media hiburan. Etnisitas ditekankan melaui logat bicara yang disenandungkan, pakaian yang menjadi identitas kultur yang membedakan, serta improvisasi yang karikatural, bahkan terkesan tidak tidak masuk akal. Sebagai contoh, etnis tionghoa digambarkan sebagai kokoh-kokoh penjaga toko, yang pelitnya sudah tidak bisa lagi dinego, serta pelafalan kata yang pelo. benar to? Namun di kehidupan nyata, orang ...