Langsung ke konten utama

Hierarki dalam bermabuk-mabukan

Hierarki dalam bermabuk-mabukan

Minuman keras, MIRAS, apa pun jenismu bukan satu-satunya yang memabukkan, ada beberapa jenis mabuk sesuai kelas dan tingkatan, tergantung pada oknum yang menjalankan. Ada yang kelas ringan, sedang, hingga membahayakan; dari yang aman, meresahkan, sampai menjengkelkan; dari kelas teri, kakap, hingga lumba-lumba, pokoknya semua ada. 

Dari kelas yang paling ringan, ada mabuk perjalanan. Ini tidak membahayakan, hanya pening, tapi tidak sampai hilang kesadaran. Walau terkadang juga muntah, tapi percayalah, itu hanya gejala alamiah. memang sedikit menjijikkan, tapi saya yakin Anda pasti pernah demikian, kan? Hmm... jika iya, indikasi Anda kurang jalan-jalan.

Lalu ada mabuk (literally mabuk) sebab minum minuman keras. Sama seperti mabuk perjalanan tapi tingkatannya sedikit ke atas. Walaupun dilarang beredar luas, kita masih bisa mengakses meskipun sangat terbatas, dan untuk mendapatkannya pun juga butuh sedikit usaha keras. Namun, jangan lupa siap-siap mental untuk masuk ke dalam lapas. Sebab jika ketahuan saat ada sweeping sulit lho untuk terlepas (kan mabuk, lari saja susah). Apa lagi tim polisinya dibantu oleh ormas. Eits... ormas yang mana dulu nih? Tapi intinya tidak usah sok keras, gaya-gayaan mabuk tapi uang masih tidak jelas. Hadeuh...

Ke tingkat yang lebih tinggi, ada mabuk kekuasaan. Kalau ini jelas bahaya dan meresahkan. Selain hanya tergiur jabatan, mereka cuma berpikir bagaimana mengembalikan “modal” yang telah dikeluarkan. Lha mereka saja memakai uang untuk membeli kepercayaan. Alhasil kapasitas mereka pun patut kita pertanyakan. Apakah mereka berkompeten untuk otoritas yang diberikan? apakah mereka mampu untuk membuat suatu kebijakan? Mungkin bisa, asal mengenyangkan serta menguntungkan, kan? Kalau sudah duduk di kursi kekuasaan, memangnya rakyat masih diperhatikan? Hmm.. tidak ada harapan.

Namun ada juga yang lebih bahaya, yaitu mabuk agama. Berbeda dengan ahli agama lho ya, mereka hanya mabuk tanpa paham substansinya. Mereka aktif memanipulasi demi bisa meraih apa yang mereka suka. Mengutip seenak jidat asal ada profit yang terkandung di dalamnya. Agama kadang hanya dijadikan kendaraan untuk memobilisasi massa, menggiring stigma kepada lawan politiknya, atau hanya sekedar mencari atensi semata. Apalagi negeri ini mendapat justifikasi negara paling religius sedunia. Wah, strategi yang ampuh untuk diterapkan tentunya. Apalagi untuk eksekusi hanya butuh gimik dan pandai bicara. Tanpa harus cukup ilmu apalagi jebolan dari pondok pesantren ternama. Kurang enak apalagi coba?

Tapi yang menempati tingkat hierarkis tertinggi tidak lain dan tidak bukan adalah mabuk kepayang. Biasanya terjadi pada dua sejoli yang sedang dilanda kasih sayang. Kalau ini bahayanya sudah tidak perlu lagi ditanyakan ulang. "Dunia dan seisinya saja serasa milik berdua, ya kan sayang?" Itu bentuk akuisisi yang tidak pernah terbayang. Memang kalau sudah cinta apa pun dilakukan. tidak peduli walau halangan, rintangan, menerjang, tak jadi masalah dan tak jadi beban pikiran. Kera sakti... eh, kok malah nyanyi sih nyet? Memang kalau sedang dimabuk asmara, akal sehat sudah tidak lagi punya harga. Semua keputusan hanya berpusat di nafsu dan hati semata, "Yang terpenting dalam hidupku hanya melihatmu tersenyum bahagia", Cielah... sampai rela mengorbankan apapun demi kebahagiaan pujaan hati tercinta. asal cintanya tepat oke lah, tapi kalau sekedar pacar akh... ayolah... anda tidak sebumi datar itu.

jadi, itu tadi klasifikasi dan tingkatan dalam bermabuk-mabukan, mungkin ada lagi mabuk yang lain, tapi penulis terlewat untuk mencantumkan. ya maav...

Komentar