Langsung ke konten utama

Dialog siswa radikal dan pak guru konservatif

Dialog siswa radikal dan pak guru konservatif

S : “Pak, gunanya nilai itu apa sih pak? Selain sebagai formalitas yang tidak jelas implementasinya?”

G : “Lho, kamu ini gimana... dengan nilai orang bisa tahu kompetensimu dalam suatu bidang, menjadi standar acuan untuk pemahaman suatu materi, dan tolok ukur perbandingan kapasitas dirimu dengan kompetitormu dalam kelas atau sekolah...”

S : “Bukankah pengetahuan itu bersifat kualitatif, Pak? Dengan diberlakukannya sistem nilai kita memberi batasan definisi pada konteks pemahaman, apalagi nilai itu tidak selamanya objektif, kadang juga sifatnya manipulatif, siswa bisa menggunakan cara curang untuk mendongkrak point, atau ada pihak ketiga yang dengan sengaja mengubahnya, yakan Pak?”

G : “Ya... sistem nilai itu bisa dikatakan sebagai achievement untuk kerja keras siswa dalam kesungguhannya mengikuti pelajaran”

S : “Bukankah itu menjadi indikasi jika siswa didoktrin untuk mengejar nilai semata? Tapi tidak dijelaskan mengapa kita melakukan itu semua. Buktinya ketika kita bertanya alasan bersekolah pada orang yang tidak begitu paham esensi sekolah, mereka akan menjawab: sekolah hanya sebagai wahana mencari ijazah yang pada akhirnya digunakan untuk mencari kerja. Btw, ini agak ambivalen, Pak. Karena materi yang ada disekolah hampir semuanya tidak berguna dalam pekerjaan”

G : “Kok kamu tahu tidak berguna? Ilmu-ilmu yang diajarkan pada sekolah itu berfungsi untuk memantik api intelektual kamu supaya benar-benar menjadi manusia. Apa yang kamu pelajari secara implisit semuanya berguna dalam kehidupan, hanya kamu yang tidak sadar”

S : “Tapi bukti empiris yang biasa kita jumpai dan sudah menjadi alasan klise dalam perdebatan adalah: banyak sekali orang pintar, sekolah tinggi-tinggi, bahkan lulusan universitas ternama yang menganggur, tidak bekerja dalam bidangnya, atau hanya menjadi karyawan biasa, begitupun sebaliknya, banyak orang yang terstempel bodoh waktu sekolah, sering terlibat masalah, bahkan sampai dikeluarkan, tapi justru menjadi orang sukses dikemudian, dan membuka banyak lapangan pekerjaan, bagaimana itu pak?”

G : “Sebab pintar saja tidak cukup, orang harus punya skill, supaya bisa berkompetisi dengan kerasnya zaman”

S : “Apakah di sekolah kita di ajari skill?”

G : “Tidak, siswa harus mencari sendiri, pun jika diajari itu murni improvisasi dari guru pembimbing”

S : “Berarti sekolah itu tidak penting?”

G : “Wes jan... angel... angel...  angel temen tuturanmu... istigfar akhi... sejak kapan antum kerasukan arwah aristoteles kebes"

S : "Astagfirullah, afwan pak ustadz, ana minta minta maaf sebab kurang sopan. sukron sudah mau ana ajak diskusi. mari kita tutup diskusi ini dengan doa kuffarotul majlis. Subhanakallahumma...."

G : "aamiin... syafakallah akhi... semoga antum segera sehat..."


Komentar