Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2020

Sentil-sentil empatisme, kutip-kutip sarkasme

sentil-sentil empatisme, kutip-kutip sarkasme bisakah _seikat bunga_ mampu mewakili sejuta kosa kata? jika ukiran nama pada batu nisan diam seribu bahasa tak lagi mampu bercerita hiruk-pikuk bangkai manusia di dalamnya  saat para orang religius karbitan bebas berkeliaran menggadai nyawa tiba-tiba berubah agamis dengan dalih mati hidup ada ditangan-Nya sambil berkoar-koar, "mari kita lawan bersama-sama....." tapi, slogan-slogan hanya menjadi retorika semata berakhir dengan tangan hampa tanpa berbuah apa-apa *** tak pernahkah engkau sadari?  kondisi saat ini sedang menepis hati ada pekerja kecil yang bertaruh nyawa demi sesuap nasi para garda terdepan menahan rindu bertemu keluarga yang mereka kasihi tapi, para pejabat seolah hibernasi dengan keadaan saat ini akankah kau tahu? di balik baju azmat terselip hati kecil yang menangis tersedu-sedu tak putus berharap kekacauan ini segera berlalu walau kisah-kisah pilu masih jelas terpatri dalam qolbu *** mana para pejuang?? mana para...

Sekolah, individualisme, dan diskriminasi

sekolah, individualisme, dan diskriminasi Kerancuan pagi para pelajar sudah menjadi hal yang wajar. Mau menjadi apa kami nanti? Jika di sekolah hanya diajari duduk termenung menghafal materi. Sekolah yang notabene adalah persiapan menghadapi kehidupan kemudian nanti, kini telah kehilangan hakikat asli definisi itu sendiri.  Pemikiran kritis dibatasi, karena beda posisi. Kebebasan berpendapat ditahan, karena dianggap tidak relevan. Siswa dituntut tunduk aturan yang absolut, tetapi hak siswa dalam mengembangkan diri ditekan untuk menciut.  Mau jadi apa kami ini? Bekal menghadapi kejamnya zaman pun tidak dikantongi, materi dijejal tanpa berpikir psikis siswa yang merangkak untuk berdiri, gambaran mengerikan kehidupan disodor tanpa diberi solusi, apakah karena kurikulum13 yang menuntut untuk siswa belajar sendiri? Sekolah adalah bukti konkret doktrin individualis sejak dini, anak dituntut menyingkirkan teman seperjuangan demi menggapai posisi tertinggi, alih-alih s...

Suluk, mendamba bukan melulu pada wanita

Suluk Tak lagi sanggup aku menahan, setiap raga ini seolah Engkau yang menggerakan. Mana mungkin aku dipaksa diam? Jika dalam setiap gerakku Engkau hadir di sisiku. menari bersama dalam indahnya angan-angan. Saling bertegur sapa dengan dzikir jahr yang ku kumandangkan. Tapi entah sampai berapa lama akan bertahan? Jika dalam kecilnya hati ini, terselip makhluk yang tak pantas aku sandingkan. Malam telah tiba, momen yang selalu didamba-damba oleh para pujangga. Ketika sunyi menerpa menggerus tawa yang telah ada, Engkau datang membawa senyum diriuhnya sedih dan lara. Satu kebiasaan yang selalu aku tunggu, ketika para salik berkumpul untuk mengadu segala keluh kesah karena tak sanggup menanggung rindu. Semua pesuluk duduk melingkar menunggu sang mursyid datang. Semua orang nampak terdiam, satu katapun tak terdengar dari bibir masing-masing orang. Hati ini sudah merasa tidak sabar lagi menunggu dimulainya pertemuan. Hingga sang mursyid datang, memimpin para pujangga bertemu yang mer...