sentil-sentil empatisme, kutip-kutip sarkasme bisakah _seikat bunga_ mampu mewakili sejuta kosa kata? jika ukiran nama pada batu nisan diam seribu bahasa tak lagi mampu bercerita hiruk-pikuk bangkai manusia di dalamnya saat para orang religius karbitan bebas berkeliaran menggadai nyawa tiba-tiba berubah agamis dengan dalih mati hidup ada ditangan-Nya sambil berkoar-koar, "mari kita lawan bersama-sama....." tapi, slogan-slogan hanya menjadi retorika semata berakhir dengan tangan hampa tanpa berbuah apa-apa *** tak pernahkah engkau sadari? kondisi saat ini sedang menepis hati ada pekerja kecil yang bertaruh nyawa demi sesuap nasi para garda terdepan menahan rindu bertemu keluarga yang mereka kasihi tapi, para pejabat seolah hibernasi dengan keadaan saat ini akankah kau tahu? di balik baju azmat terselip hati kecil yang menangis tersedu-sedu tak putus berharap kekacauan ini segera berlalu walau kisah-kisah pilu masih jelas terpatri dalam qolbu *** mana para pejuang?? mana para...
sok kritis, tapi kurang literasi: beropini hanya demi eksistensi; jika ada salah interpretasi, mohon dikoreksi.