Langsung ke konten utama

Sentil-sentil empatisme, kutip-kutip sarkasme


sentil-sentil empatisme, kutip-kutip sarkasme


bisakah _seikat bunga_ mampu mewakili sejuta kosa kata?
jika ukiran nama pada batu nisan diam seribu bahasa
tak lagi mampu bercerita hiruk-pikuk bangkai manusia di dalamnya 
saat para orang religius karbitan bebas berkeliaran menggadai nyawa
tiba-tiba berubah agamis dengan dalih mati hidup ada ditangan-Nya
sambil berkoar-koar, "mari kita lawan bersama-sama....."
tapi, slogan-slogan hanya menjadi retorika semata
berakhir dengan tangan hampa tanpa berbuah apa-apa
***
tak pernahkah engkau sadari? 
kondisi saat ini sedang menepis hati
ada pekerja kecil yang bertaruh nyawa demi sesuap nasi
para garda terdepan menahan rindu bertemu keluarga yang mereka kasihi
tapi, para pejabat seolah hibernasi dengan keadaan saat ini
akankah kau tahu?
di balik baju azmat terselip hati kecil yang menangis tersedu-sedu
tak putus berharap kekacauan ini segera berlalu
walau kisah-kisah pilu masih jelas terpatri dalam qolbu
***
mana para pejuang??
mana para aktivis kemanusiaan??
mana para wakil-wakil rakyat yang bertanggung jawab??
ibu pertiwi sedang dilanda lara...
engkau tahu ada yang berjuang mati-matian, tapi engkau pura-pura lupa...
engkau melihat para korban kehilangan hakikat manusia, tapi engkau pura-pura buta...
engkau merasakan rakyat sedang sengsara, tapi engkau pura-pura mati tak berdaya...
kini, para pujangga telah menulis bait-bait puisi kekecewaan
lirih demi lirih ditulis dengan tinta darah dari lubuk hati paling dalam
dengan harapan hati kecilmu mampu terbuka, dan kau mau mengulurkan tangan
disana, masih banyak saudara kita yang membutuhkan bantuan

JANGAN HANYA DIAM!!!

note : ini puisi lama, saat pandemi virus covid19 masih dibuat bercanda, dan bencana ini dianggap hanya rekayasa semata

BTW,  ini sudah mirip puisi atau belum saya tidak tahu, yang penting saya nulis, hehe... 

Komentar