Pandemi, anti-intelektualisme, dan teroris kemanusiaan Beberapa hari yang lalu, ada seorang mahasiswa dari salah satu universitas ternama yang mengajak berdiskusi. Dia melontarkan statement, “vaksin itu tidak aman, itu hanya akal-akalan elit global untuk memasukkan chip ke dalam tubuh kita”. Sontak saya terkejut, dan juga skeptis. Tidak hanya pada pernyataannya, tetapi juga pada dirinya. Tanpa bermaksud mendiskreditkan, mengapa sekelas dia masih percaya hoax murahan seperti itu? Pada awalnya, saya percaya jika dia hanya ingin memantik sebuah diskusi, tanpa bermaksud mengamini. Tetapi, ternyata dia memang sangat yakin, jika apa yang dia sampaikan adalah sebuah kebenaran yang hanya diketahui segelintir orang. Memang miris, ternyata berita hoax tidak hanya menyasar pada orang dengan pendidikan yang rendah saja. Tetapi juga berhasil mempengaruhi pemikiran pelajar perguruan tinggi yang notabene dianggap memiliki pemikiran kritis. Sudah hampir dua tahun terhitung sejak awal terdeteksi pada 1...
sok kritis, tapi kurang literasi: beropini hanya demi eksistensi; jika ada salah interpretasi, mohon dikoreksi.