Dari sentimen agama, hingga intervensi elite global Setiap orang pasti mendambakan sebuah kemajuan. Begitu pun kesejahteraan dan keadilan. Namun utopia tidak dibarengi dengan paradigma yang berkemajuan juga. Dan malas berfikir adalah faktor utama hambatan menggapai utopia tersebut. Ditambah dengan cara berasumsi masyarakat dengan premis yang tidak masuk akal dan landasan kesimpulan yang salah kaprah. Salah satu contohnya adalah sentimen agama dalam menanggapi fenomena yang tidak mampu kita jabarkan. Apa pun fenomena yang belum kita pahami, jawaban di garda terdepan pasti akan menyangkut agama: “Banjir di kota ini sebab pemimpinnya dzolim.” “Wah, pohon ini keluar air, bukti kebesaran Tuhan.” “Ini sudah takdir Yang Maha Kuasa.”; Sejak kapan banjir disebabkan pemimpin yang dzolim? Bukan karena penyumbatan aliran sungai oleh sampah yang dibuang sembarangan? Agama seolah dijadikan alibi oleh permasalahan yang ditimbulkan masyarakat sendiri, padahal tidak ada korelasinya sama sekali. D...
sok kritis, tapi kurang literasi: beropini hanya demi eksistensi; jika ada salah interpretasi, mohon dikoreksi.