Euforia taqlid buta “Agama adalah candu”, gagasan yang pastinya tidak asing kita dengar. Tercantum dalam tulisan karya Karl Max: A Contribution to the Critique of Hegel’s Philosophy of Right. Gagasan yang pada akhirnya menjadi sebuah alat propaganda “negara timur”, yang menjadi basis kekuatan komunisme terbesar di dunia. Walaupun teks aslinya dalam bahasa Indonesia kurang lebih berbunyi “Agama adalah keluh kesah dari masyarakat yang tertindas, hati dari dunia yang tak berhati, dan jiwa dari keadaan yang tak berjiwa. Agama adalah opium masyarakat”. Namun, potongan “Agama adalah candu” relevan rasanya jika dilihat dari sundut pandang politik dan bernegara. Walaupun maknanya menjadi bertolak belakang dengan gagasan Marx yang sebenarnya. Kepercayaan masyarakat pada pemerintah yang hilang, memunculkan kekosongan kepemimpinan yang dirindukan banyak orang. Sehingga, ketika muncul seorang karismatik, yang mampu memberikan sebuah alternatif, banyak orang berbondong-bondong membaiatny...
sok kritis, tapi kurang literasi: beropini hanya demi eksistensi; jika ada salah interpretasi, mohon dikoreksi.