Langsung ke konten utama

sekolah favorit itu hanya MITOS!!!


Sekolah favorit itu hanya MITOS!!!

Dari dulu pendidikan kita dibodohi oleh anggapan-anggapan tentang makhluk bernama “sekolah favorit”. Banyak orang tua berlomba-lomba menyekolahkan anak tercintanya di sana dengan menempuh segala cara. Tapi, mari kita mulai dengan pertanyaan dasar yang paling sederhana, “apa itu sekolah favorit?” Sekolah yang bagus fasilitasnya, katanya… berkompeten gurunya, katanya… dan kompetitif siswanya, katanyaNyatanya? Itu semua hanya sekedar stigma. Tidak lebih dari trik marketing untuk menarik "investor" yang tidak lain adalah wali murid kaya raya. Ah… tidak peduli mental siswa, mereka adalah "buruh" yang harus siap dicekoki apa saja. Demi nama baik sekolah favorit tercinta. Sekolah sudah berubah jadi ajang infestasi semata. Bukti empiris bisa kita lihat dengan isi sekolah favorit yang dominan kaum berduit atau anak dari keluarga elit. Lhoh, ini sekolah era kolonial atau bagaimana? Kenapa ada kesenjangan antara si miskin dan si kaya? Hmm.. gini kok mau maju, katanya

Tapi, mengapa sekolah favorit bisa ada? Masalah yang paling utama adalah tidak meratanya pembangunan infrastruktur sekolah di setiap daerah. Bahkan di pelosok desa sekolah lebih pantas disebut (tuuuut....). Dan sudah dapat dipastikan, orang-orang kaya enggan menyekolahkan anaknya di sana. Mereka lebih memilih anaknya sekolah ditengah gemerlap riuhnya kota (yang terjamah dana pendidikan pemerintah). Lalu membentuk koloni orang kaya yang menunjang pemesatan pembangunan sekolah dari dalam. Dengan kata lain, kehadiran orang tua kaya raya (baca: investor) menyokong sentralisasi pembangunan yang semakin menambah panjang kesenjaangan fasilitas pendidikan.

Lalu, mengapa sekolah favorit siswanya pintar-pintar? Pertanyaan ini selaras dengan pertanyaan “mengapa produk dalam iklan bagus-bagus?”. Sebenarnya setiap sekolah sama saja. Sekolah pasti mengunggulkan=>mengelu-elukan=>memamerkan siswanya yang berprestasi. Prestasi apapun itu. Bahkan yang tidak ada korelasinya dengan mata pelajaran yang diajarkan sama sekali; Citra yang dibangun oleh sekolah lewat perantara siswa berprestasi, mempengaruhi minat “investor” yang memandang sekolah tidak lebih dari sekedar pemenuhan gengsi. Mendongkrak eksistensi label diri. “eh Bund… anakku sekolah di sini lhoh..., anak kamu di mana?”. Pun jika memang bukan gengsi, dan sepenuhnya percaya akan kompetensi sekolah yang dirasa mampu mencetak siswa berprestasi, mengapa kebanyakan orang tua masih memberatkan anaknya dengan les private mahal dan bimbel yang terkenal? Hmm… konspirasi wahyudi… 

Bisa dikatakan, sekolah favorit adalah sekolah yang paling oportunistis. Menggunakan siswa yang sudah pintar dari sananya untuk membangun citra sekolah yang idealis. Lewat harapan orang tua siswa yang ingin anaknya tumbuh menjadi intelektual melalui sekolah favorit walaupun sebenarnya hanya utopis. Lalu memaksa secara tidak langsung siswa yang tidak mampu mengecap manis fasilitas sekolah favorit untuk bersikap pragmatis. Jika kita berpikir kritis, banyak variable yang menjadi faktor jeniusnya siswa sekolah favorit. Tetapi, sekolah itu sendiri justru urutan kesekian. Tidak terlalu dominan. Bahkan tidak bisa dijadikan acuan. Yah.. lebih bagus sekolah yang di isi siswa proletarian. Sebab pendidikan diberikan tanpa keberpihakan. tapi ya mau bagaimana lagi? wes jan angel... angel... 


 

Komentar