Langsung ke konten utama

Kesalahan berpikir lewat paradigma papan catur


Kesalahan berpikir lewat paradigma papan catur

Berpikir adalah salah satu aspek yang menjadikan kita disebut sebagai manusia secara esensial. Namun, sebagai entitas yang tidak bisa dikatakan sempurna secara mutlak, pemikiran kita pun juga terkadang bermasalah. Salah satu masalahnya penulis sebut sebagai paradigma papan catur, atau kecenderungan memandang sebuah pengetahuan akan kebenaran hanya secara dikotomi (benar dan salah) serta subjektif.

Lalu, apa yang salah dalam paradigma papan catur? Sebelum menjawab, mari kita mulai dengan pertanyaan yang paling fundamental: apa itu benar dan kebenaran? Benar adalah kesesuaian antara pengetahuan dan objeknya (benar harus objektif). Sedangkan kebenaran adalah benar yang bersifat relatif. Banyak variabel yang harus diperhitungkan untuk menjadikan suatu hal bisa dikatakan sebagai sebuah kebenaran. Sebagai contoh, apakah jika saya membawa celurit itu salah? Tergantung... jika saya gunakan untuk tawuran, ya jelas salah. Kalau saya gunakan ke sawah? Ya tetap salah... jika di sawah saya gunakan untuk membacok orang. Baru jika saya gunakan untuk mencari pakan ternak, alasan membawa celurit bisa dikatakan sebagai suatu hal yang benar dan untuk kebenaran.

Cara memandang sebuah kebenaran yang dikotak-kotak dan hanya mengenal hitam dan putih menurut perspektif pribadi saja, adalah awal mula dari sebuah perpecahan. Dengan menutup mata akan sebuah kebenaran yang tidak sejalan dengan cara berpikir diri sendiri. Entah lewat fanatik suatu golongan dan anti golongan lain, atau enggan memberi jawaban argumentatif dan memilih pembenaran secara sepihak. Padahal tidak ada kebenaran yang absolut, kecuali Tuhan.

Cara pandang papan catur juga membunuh keaktifan berpikir. Dengan enggan mencerna suatu permasalahan yang dihadapi dan memberikan bukti yang konkret atau empiris. Namun lebih memilih terjebak pada dogma yang dianut tanpa membuka mata. Menganggap yang tidak sejalan dengan pemikirannya adalah kesesatan yang nyata.

Paradigma tersebut juga mampu menjadikan individu rentan terhadap berita hoax. Dengan mengesampingkan skeptisisme, berita yang ngawur pun bisa diterima asalkan sejalan dengan nafsu yang di pikirkan, atau sejalan dengan keyakinan yang ditanamkan.

Hmm... tapi sulit agaknya untuk menghilangkan cara berpikir seperti papan catur, jika paradigma tersebut sudah tertanam bahkan menjadi kultur.

Tapi, apa yang menyebabkan seseorang punya cara pandang papan catur? Penyebab yang paling umum adalah kesadaran akan dirinya sebagai figur yang paling normal, dan paling waras. Sedangkan orang lain yang tidak sepaham, adalah orang yang aneh, dan berkelaianan.

Kesadaran akan kekurangan diri, atas kemungkinan kecacatan logika yang barangkali terjadi tanpa disadari, dan keterbukaan pikiran akan banyak sekali perspektif yang tidak kita miliki, akan bisa mengurangi, atau bahkan menghilangkan cara pandang seperti itu. Walaupun sebenarnya penulis pun juga belum bisa, wkwk ironi...

Ini bukan opini, tapi curhat.

Komentar