Langsung ke konten utama

Polemik glowing dengan air wudhu

Polemik Glowing dengan Air Wudhu


Tidak jarang kita berjumpa, seseorang yang di anugerahi paras berseri yang memanjakan mata, hingga terpana kita dibuatnya, dan mampu memancing sebuah tanya; Sebenarnya apa rahasia di balik itu semua? Beberapa orang memberanikan diri mengutarakan apa yang di rasa, berharap mendapat nikmat yang serupa, namun apalah daya? Jawaban yang diberi tidak sesuai ekspektasi, justru membuat insekiyur semakin menjadi-jadi, lalu memaksa kita untuk muhasabah diri. Bagaimana tidak? Lha saat di tanya “rahasianya apa sih ukh?”, jawabnya, “Cuma air wudhu kok, hehe...”, lhah, dikata kita tidak pernah wudhu apa? Atau wudhu kita tidak sesuai dengan hukum fikih dan sunnah Nabi? Hmm...

 Di balik itu semua, benarkah air wudhu mampu mengglowingkan kulit seperti yang mereka katakan? Dari Nu’aim al-Mujmir dari Abu Hurarirah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, bahwasanya beliau bersabda: “Sesungguhnya umatku akan didatangkan pada hari kiamat dalam keadaan wajah putih berseri karena bekas air wudhu.” Maka siapa saja yang ingin memperpanjang cahayanya maka hendaknya ia lakukan”(HR. Bukhari), dari Hadist tersebut kita bisa mengetahui, jika memang air wudhu mampu membuat wajah putih berseri, namun bukan untuk saat ini, melainkan di hari kiamat nanti...

Namun, menurut Profesor Leopold yang dilansir dari laman Mojok.co, ternyata bagian-bagian tubuh yang harus dibasuh saat berwudu memiliki jutaan sel saraf yang akan bereaksi saat terkena air wudhu. Terlebih di beberapa waktu seperti siang hari, sore hari, dan pagi hari. Saat waktu tersebut dan saraf terkena rangsangan air, maka akan membuat tubuh merasa rileks dan bahagia. Otomatis, jika berwudu maka wajah akan terlihat lebih bersinar. Dari penelitian itu dapat kita tegaskan, jika wudhu mampu membuat tubuh kita glowing fidunya wal akhirot...

Lhah, yang benar glowingnya hanya di akhirat atau di dunia akhirat? masalah benar atau tidaknya penelitian di atas, agaknya kurang pantas, jika wudhu dijadikan alibi untuk mempercantik diri, apalagi cantiknya bukan dipersembahkan untuk Sang Illahi, namun hanya untuk menarik perhatian orang yang disukai. Lama-lama image wudhu berubah menjadi pelet pengasihan tanpa tirakat dan jampi-jampi, Nudzubillahimin dzalik.

Lalu, jawaban apa yang sekiranya diucap saat pertanyaan datang mencerca? Jawablah dengan seperlunya tetapi masih bisa dicerna akal logika, mungkin bisa menjawab sesuai fakta ilmiah seperti, “kandungan melamin di kulitku rendah”, atau jawaban yang lebih agamis seperti, “alhamdulillah, lahaula wala quwata ila billah”, atau jawab semau anda saja lah...


Komentar